Dunia Islam masih kecil kontribusinya kepada ekonomi dunia
Sabtu, 3 Desember 2011 23:40 WIB
Kediri
(ANTARA News) - Pemerintah menilai masih enggannya umat Islam dalam
mendalami ilmu pengetahuan menyebabkan kecilnya kontribusi mereka dalam
GDP dunia, kata Menteri Agama Suryadharma Ali.
"Umat
Islam dunia jumlahnya 15 persen seperti kajian Litbang LDII, namun
kontribusinya ke GDP dunia hanya 4 persen ini mengkawatirkan," kata
Menag Suryadharma Ali disela-sela kunjungannya ke Pondok Pesantren
(Ponpes) LDII Burengan Kediri, Jatim, Sabtu malam.
Dalam
siaran pers Humas DPP LDII, Menag menyatakan, pemahaman agama yang
sempit menyebabkan umat Islam hanya memandang ilmu pengetahuan bukan
sebagai sebuah kebutuhan utama dibanding dengan ilmu agama.
"Ketertinggalan
ini adanya persepsi yang salah karena agama hanya dipandang berkaitan
dengan fiqih tarekhat saja. Padahal dalam Alqur'an dan Hadist
menjelaskan pentingnya akan belajar mengenai ilmu pengetahuan guna
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan," katanya.
Suryadharma
Ali mengatakan diperlukan adanya persamaan persepsi dan menghilangkan
dikotomi mengenai pentingnya pemaham ilmu pengetahuan dalam ajaran
Islam.
Untuk
dapat berkontribusi terhadap GDP umat Islam diharapkan bisa kreatif.
Oleh karenanya, menurut Menag, pondok pesantren sebagai basis pendidikan
agama juga harus mengajarkan ilmu pengetahuan termasuk dalam hal
perdagangan.
"Saya
melihat di pondok ini (LDII) sudah diajarkan untuk mandiri seperti
banyaknya santri yang berdagang di sepanjang jalan masuk pondok,"
lanjutnya.
Sementara
itu,Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo mengatakan bahwa minimnya
kontribusi dunia Islam terhadap GDP dunia dikarenakan masih belum adanya
persatuan dan kebulatan tekad diantara mereka.
"Potensial
ekonomi dunia Islam sangat membanggakan jika di kelola dengan serius
dan ini akan bisa menyaingi ekonomi pasar yang dikembangkan dunia barat.
Tentunya langkah pertama negara-negara Islam jarus bersatu dahulu,"
katanya.
Menurut
Prasetyo, LDII sendiri sudah memberikan berbagai keterampilan ilmu
pengetahuan kepada setiap santri agar bisa mandiri jika diterjunkan ke
masyarakat dalam tugas "Amal Makhruf Nahi Mungkar".
"Setiap
lulusan pondok LDII selalu dibekali keterampilan yang berguna untuk
mereka mencari rezeki yang halal dan bisa berkontribusi kepada
masyarakat di sekitar tempat mereka berdomisili," demikian Prasetyo.(*)
Dunia Islam masih kecil kontribusinya kepada ekonomi duniaSabtu, 3 Desember 2011

"Umat Islam dunia jumlahnya 15 persen seperti kajian Litbang LDII, namun kontribusinya ke GDP dunia hanya 4 persen ini mengkawatirkan," kata Menag Suryadharma Ali disela-sela kunjungannya ke Pondok Pesantren (Ponpes) LDII Burengan Kediri, Jatim, Sabtu malam.
Dalam siaran pers Humas DPP LDII, Menag menyatakan, pemahaman agama yang sempit menyebabkan umat Islam hanya memandang ilmu pengetahuan bukan sebagai sebuah kebutuhan utama dibanding dengan ilmu agama.
"Ketertinggalan ini adanya persepsi yang salah karena agama hanya dipandang berkaitan dengan fiqih tarekhat saja. Padahal dalam Alqur'an dan Hadist menjelaskan pentingnya akan belajar mengenai ilmu pengetahuan guna meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan," katanya.
Suryadharma Ali mengatakan diperlukan adanya persamaan persepsi dan menghilangkan dikotomi mengenai pentingnya pemaham ilmu pengetahuan dalam ajaran Islam.
Untuk dapat berkontribusi terhadap GDP umat Islam diharapkan bisa kreatif. Oleh karenanya, menurut Menag, pondok pesantren sebagai basis pendidikan agama juga harus mengajarkan ilmu pengetahuan termasuk dalam hal perdagangan.
"Saya melihat di pondok ini (LDII) sudah diajarkan untuk mandiri seperti banyaknya santri yang berdagang di sepanjang jalan masuk pondok," lanjutnya.
Sementara itu,Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo mengatakan bahwa minimnya kontribusi dunia Islam terhadap GDP dunia dikarenakan masih belum adanya persatuan dan kebulatan tekad diantara mereka.
"Potensial ekonomi dunia Islam sangat membanggakan jika di kelola dengan serius dan ini akan bisa menyaingi ekonomi pasar yang dikembangkan dunia barat. Tentunya langkah pertama negara-negara Islam harus bersatu dahulu," katanya.
Menurut Prasetyo, LDII sendiri sudah memberikan berbagai keterampilan ilmu pengetahuan kepada setiap santri agar bisa mandiri jika diterjunkan ke masyarakat dalam tugas "Amal Makruf Nahi Mungkar".
"Setiap lulusan pondok LDII selalu dibekali keterampilan yang berguna untuk mereka mencari rezeki yang halal dan bisa berkontribusi kepada masyarakat di sekitar tempat mereka berdomisili," demikian Prasetyo.(*)
