Puncak tradisi Grebeg Besar Demak dilaksanakan Minggu (6/11) dengan acara penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga, yakni Keris Kyai Crubug dan Kutang Ontokusumo.
Prosesi tersebut diawali dengan penyerahan lisah jamas dari Bupati Tafta Zani kepada Lurah Tamtomo, di pendopo kabupaten. Kali ini peran Lurah Tamtomo kembali dibawakan Camat Demak Kota Edi Suntoro. Adapun Prawiro Pengapit diperankan Agung (Sekcam Karangawen) dan Sutomo (Badan Kepegawaian).
Pemeran Prawiro Tamtomo juga masih sama dengan tahun lalu, yakni Kuntarto (Satpol PP). Sebelum dilakukan penyeraham lisah jamas terlebih dulu digelar tarian Bedoyo Tunggal Jiwo. Tarian dibawakan sembilan gadis cantik.

Dalam perjalanan menuju Kadilangu, mereka diiring berbagai kesenian khas Demak, seperti tari barong, zipin dan kuda kepang. Bupati, para kepala SKPD dan jajaran muspida juga ikut dalam iring-iringan itu. Pawai prajurit patangpuluhan mengiring minyak jamas ibarat magnetnya Tradis Grebeg Besar.
Ribuan warga menyaksikan pawai yang menempuh jarak sekitar 2 kilometer tersebut. Warga yang datang berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Pekalongan, Jepara, Kudus dan Semarang. Bahkan ada pula wisatawan dari manca.
Konsentrasi kepadatan warga yang menyaksikan pawai minyak jamas terjadi merata di sepanjang jalur yang dilalui rombongan. Sejak dari gerbang pendopo, kawasan Pecinan, Betengan hingga Kadilangu, bahkan sudah dipadati warga sedari pagi.
Sesampainya di Kadilangu, Lurah Tamtomo menyerahkan lisah jamas ke sesepuh ahli waris Sunan Kalijaga R Soediyoko, di Pendopo Notobratan. Sementara bupati dan rombongan muspida langsung menuju ke makam Sunan Kalijaga.
Minyak jamas kemudian dibawa rombongan keluarga ahli waris menuju ke makam Sunan Kalijaga. Sebelum melaksanakan penjamasan, terlebih dulu dilakukan tahlil dan doa bersama. Selanjutnya, panitia penjamasan memanggil satu persatu nama-nama yang boleh masuk ke dalam lokasi makam.
Selain Bupati Tafta Zani, di antara nama yang dipanggil adalah Ketua DPRD Demak H Muklasin, Kapolres AKBP Sigit Widodo, Dandim Letkol Ruli Candrayadi dan Kajari Demak Herdiantono. “Memang tak semua orang boleh masuk ke dalam lokasi makam. Harap maklum, demi khitmatnya prosesi penjamasan yang boleh masuk hanya para pemimpin Demak,” kata Sesepuh Kadilangu, R Soedioko.
Menurutnya, proses penjamasan Kutang Ontokusumo dan Keris Kyai Crubug harus dilakukan dengan mata tertutup. Hal itu telah dilakukan turun-temurun sesuai dengan wasiat Sunan Kalijaga. “Sesuai wasiat beliau maka ahli waris selalu melakukan penjamasan dengan mata tertutup,” ungkapnya.
Tumpeng Sembilan

Malam jelang penjamasan pusaka, panitia Grebeg Besar melaksanakan prosesi tumpeng sembilan. Prosesi tersebut diisi pengajian oleh Habib Umar Muntohar dari Semarang. Sudah menjadi tradisi, warga selalu berebut nasi atau makanan apapun yang terdapat di tumpeng.
Menurut Plt Kakemenag Demak H Saerozi, prosesi tumpeng sembilan selalu kebanjiran warga karena mampu memadukan dakwah dengan seni. “Warga akan kurang tertarik jika hanya mendengar dakwah. Makanya dimasukkanlah unsur seni,” kata Saerozi.
Unsur seni dalam prosesi tumpeng sembilan terlihat pada pementasan tari zipin di pendopo kabupaten, juga iringan terbang salawatan saat tumpeng tersebut diarak menuju masjid. Kemudian acara itu ditutup dengan doa setelah sebelumnya disampaikan dakwah oleh ulama kharismatik.
Sementara itu, keramaian juga terlihat di arena pasar rakyat Tembiring Jogo Indah. Ribuan warga memadati lokasi tersebut untuk menikmati berbagai hiburan yang dipersembahkan Diana Ria Enterprise.
Direktur Diana Ria H Muntohar mengatakan, untuk meramaikan pasar rakyat, pihaknya membuka puluhan stan permainan keluarga, wahana out bond juga wahana permainan air. Selain itu juga mendatangkan sejumlah artis dari ibu kota dan orkes melayu kondang, seperti OM Pantura, OM Palapa, SERA, RGS dan Sonata. “Di pasar rakyat juga terdapat stan kuliner yang menyuguhkan berbagai menu khas,” kata Muntohar. (Anang)